Minggu, 14 Mei 2017

pengalaman 14-05-2017

Hari ini tanggal 14 Mei 2017 saya dan teman satu kelas diminta untuk belajar di luar kelas agar tidak bosen di dalam kelas terus. Namun itu bukan alasan pertama, ituu dilakukan karena pada hari senin tanggal 15 Mei kami libur karena ada persiapan SBMPTN, jadinya jadwal kami ajukan agar tidak tertinggal materi. Pembelajaran berlangsung di Taman Bungkul Surabaya dengan tema membuat berita future untuk melatih kita membuat berita yang dibuat untuk UAS.
Pengalaman yang tak terlupakan dari kelas terbuka di Taman Bungkul Surabaya tersebut adalah keterlambatan saya hadir dalam kuliah tersebut. Karena semuanya sudah memiliki teman untuk berboncengan sepeda motor, saya dan 3 teman saya memilih untuk pergi mengendarai UBER. Waktu itu, sopir UBER datangnya cukup telat, ditambah lagi adanya kemacetan yang menambah waktu keterlambatan kami berempat hingga 1 jam lebih. Namun akhirnya kami tiba di tempat tujuan dengan selamat tanpa ada amarah dari dosen karena kami terlambat. Pembelajaran pun dimulai menurut kloter kedatangannya.
Pertama kami dijelaskan tentang apa itu future melalui buku “Andaikan Saya Wartawan Tempo”, kemudian kami diminta mengamati benda hidup atau benda mati yang ada di Taman Bungkul Surabaya tersebut untuk dideskripsikan menjadi berita future. Kami dikasih waktu hanya 1 jam untuk membuat future tersebut. Dan ini adalah hasil berita saya tentang seorang balita yang menggemaskan :

Keceriaan Seorang Anak saat Berada di Taman Bungkul
Wajah anak perempuan yang memakai baju berwarna merah muda itu tampak berseri-seri ketika diajak ayah bundanya ke Taman Bungkul Surabaya. Dengan memegang balon berwarna merah bercorak polkadot putih di tangan kanannya, memakai tas ransel berbentuk lebah berwarna kuning dan hitam. Adapun jaket berwarna kuning yang mengikat pinggangnya. Bersepatu merah muda cerah yang mencolok terlihat oleh mata.
Sambil bertanya apa yang ingin dia tahu kepada orang tuanya, “ayah, itu namanya apa?” sambil menunjuk ke arah band yang sedang memainkan musik di tengah taman tersebut. Ayahnya pun menjawab, “itu namanya gitar, sayang.”. ia pun tersenyum karena telah mengetahui nama benda yang ia tanyakan.
Tak cukup bertanya tentang itu, ia pun langsung berlari menuju ke arah band tersebut. Ia berdiri di depan band itu cukup lama dengan melihat-lihat apa yang sedang dilakukan  para pemain band tersebut. Kemudian ia kembali ke orang tuanya yang menunggu di sekitar band tersebut. Ia menceritakan apa yang ia lihat dan apa yang ia dengar barusan. Orang tuanya pun tersenyum dan melihat dengan bangga anaknya telah belajar sesuatu di Taman Bungkul ini.
Sebagai hadiah dari keberanian dan kecerdasan anaknya dalam mengambil pelajaran dan menyampaikan apa yang ia lihat, ayahnya membelikan sebuah bola warna-warni yang dijajakan penjual di tengah taman itu untuknya. Ia pun memainkan bola itu dengan lincahnya bersama sang ayah. Seperti anak-anak lainnya yang bermain di sekitarnya.
Keceriaan tak ia rasakan sendiri, namun ia membaginya dengan anak yang duduk termenung di tempat duduk di dekatnya. Sehingga mereka bermain bersama-sama dengan. Orang tuanya pun terlihat kagum karena melihat anaknya dapat bersosialisasi dengan orang lain secara aktif. Mereka tidak menyesal mengajak anaknya ke Taman Bungkul ini.


Dari ceritaku hari ini, semoga teman-teman yang membacanya dapat mengambil pelajaran untuk pengetahuan mengenai sejarah jurnalistik di dunia. Terima kasih kepada dosen jurnaistik kami dan teman-teman yang membantu dalam kegiatan  presentasi hari ini. Tunggu ceritaku di minggu selanjutnya ya.. J

Selasa, 09 Mei 2017

10 contoh berita

Selamat pagi untuk anda semua. Mungkin di pengalamanku hari senin kemaren, aku akan menceritakan sedikit tentang peraturan-peraturan yang harus dilakukan sebelum membuat berita hingga saat proses pembuatan berita. Yangmana telah dijelaskan oleh dosen jurnalistik kami di kelas PGMI 2A pukul 10.00 WIB tadi. Masih di kelas yang sama yakni di gedung E1 UINSA Surabaya. Berikut adalah rangkumanku di hari senin kemaren, semoga bermanfaat.
            Kami diminta untuk mencari 10 contoh berita tentang pendidikan untuk referensi berita tugas UAS yakni, wawancara di sekolah-sekolah dengan hasil berita yang menarik kemudian harus dikumpulkan tanggal 12 Juni 2017 besok. Oleh sebab itu, saya mengambil contoh-contoh berita tersebut dari berbagai media Online yang terpercaya, seperti Kompas.com, Sindo, Antara, dan lain-lain sebagai berikut.

BERITA 1
JAKARTA, KOMPAS — Ujian sekolah berbasis nasional di jenjang sekolah dasar yang dimulai Senin (15/5) harus menjunjung nilai-nilai kejujuran. Karena itu, guru diminta menanamkan nilai-nilai kejujuran dalam penyelenggaraan ujian sejak usia SD.
Hal itu disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy saat meninjau ujian sekolah berbasis nasional (USBN) di Kota Bengkulu. Muhadjir melihat penyelenggaraan USBN hari pertama yang mengujikan mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri 20 Kota Bengkulu dan SD Negeri 76 Pekansabtu.
"Adik-adik kita di SD ini merupakan bibit-bibit yang harus ditanamkan penguatan karakter. Pada pelaksanaan ujian, prestasi itu penting, tetapi utamakan kejujuran. Oleh sebab itu, saya berharap para guru dapat membantu menanamkan nilai-nilai kejujuran dimulai dari pelaksanaan ujian sekolah ini," ujar Mendikbud.
Pelaksanaan ujian di SD Negeri 20 Kota Bengkulu diikuti 103 siswa kelas VI menggunakan enam ruang kelas. Sementara pelaksanaan ujian di SD Negeri 76 Pekansabtu diikuti oleh 99 siswa menggunakan lima ruang kelas.
"Saya berharap pelaksanaan ujian sekolah ini berjalan lancar tanpa kendala. Tanamkan semangat integritas yang baik kepada anak-anak kita sebagai penerus bangsa," kata Muhadjir.
Serempak
Tahun ini, 4.124.704 siswa SD di seluruh Indonesia mulai Senin hingga Rabu besok menjalani USBN. Ada tiga mata pelajaran yang diujikan, yakni Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam. "Pemerintah pusat menitipkan 25 persen soal di USBN untuk mengukur kemampuan siswa di seluruh Indonesia guna pemetaan," ujar Kepala Pusat Penilaian Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di Jakarta.
Dalam sebuah kesempatan bertemu dengan guru-guru dan kepala sekolah SMP untuk persiapan ujian nasional beberapa waktu lalu, Muhadjir juga kembali menyerukan agar semua pihak membudayakan kejujuran.
Ia mengancam akan memberikan sanksi pemecatan bagi pelaku kecurangan, baik dalam USBN maupun ujian nasional.
(*/ELN)

BERITA 2
Mendikbud Tegaskan Pentingnya Literasi Digital
JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan KebudayaanMuhadjir Effendy mendorong masyarakat untuk melek literasi digital. Dengan demikian, internet dapat menjadi sarana yang positif bagi masyarakat.
"Penekanannya bukan hanya 'apa' atau 'bagaimana' alat-alat teknologi informasi dan komunikasi, internet, media sosial itu digunakan, tetapi 'untuk apa?'. Itu yang terpenting," ujar Muhadjir melalui siaran pers, Jumat (3/2/2017).
Muhadjir siap untuk terlibat dalam pelaksanaan literasi digital. Ia juga siap bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam melaksanakan itu.
Muhadjir mengakui, dunia maya saat ini semakin dipenuhi konten berbau berita bohong, ujaran kebencian dan radikalisme, bahkan praktik-praktik penipuan.
Keberadaan konten negatif yang merusak ekosistem digital saat ini, lanjut Muhadjir, hanya bisa ditangkal dengan membangun kesadaran masing-masing individu.
Harapannya agar publik dapat menghadirkan konten-konten positif yang mendorong produktivitas.
"Masyarakat jangan apatis dan harus bergerak bersama membangun literasi digital. Melek media merupakan salah satu pencapaian di dunia pendidikan dan kebudayaan," ujar Muhadjir.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menambahkan, banyak yang mengatakan bahwa pemblokiran situs karena kontennya bermuatan negatif merupakan keberhasilan. Rudiantara menganggap, hal itu salah.
Keberhasilan yang sesungguhnya adalah terletak pada pembangunan kesadaran pengguna internet untuk menggunakannya secara positif.
"Penyelesaiannya tidak bisa hanya dari sisi teknologi saja," ujar dia.
Oleh sebab itu, Rudiantara berharap komunitas-komunitas digital turut mendukung pemerintah dalam hal mewujudkan masyarakat yang melek literasi digital.

BERITA 3
DKI Diminta Tegas Ungkap Lembaga Pendidikan Tak Bersertifikasi
JAKARTA - DPRD DKI meminta Dinas Pendidikan DKI Jakarta menindak tegas lembaga pendidikan bahasa asing yang tidak bersertifikasi. Masyarakat harus diberi informasi perihal lembaga yang bersertifikasi atau tidak.
Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Ashraf Ali menuturkan, beredarnya isu adanya lembaga asing yang tidak tersertifikasi tentunya mencoreng dunia pendidikan lantaran tidak terkoneksi dengan pemerintah. 
Dampaknya, kata dia, pendidikan-pendidikan yang tidak sesuai dengan ideologi bangsa mudah dimasuki dan akhirnya berakibat buruk bagi masa depan anak didik."Dinas Pendidikan harus menginvestigasi adanya lembaga asing itu. Tindak tegas dan laporkan ke masyarakat. Ini sangat berbahaya," kata Ashraf Ali di DPRD DKI Jakarta, Rabu (1/3).
Ashraf menjelaskan, sesuatu program lembaga pendidikan swasta  itu harus berkolaborasi dengan pemerintah. Apabila tidak, seharusnya lembaga tersebut tidak boleh menyelenggarakan pendidikan. "Sangat mudah kan untuk menginvestigasinya. Kami akan memanggil segera Dinas Pendidikan DKI Jakarta," ujarnya. 
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyatakan akan segera menindak lembaga pendidikan yang tidak terverifikasi. Dia mengaku sudah mendapatkan laporan tersebut.
Terdakwa kasus penistaan agama itu pun meminta pengawasan secara intensif terus dilakukan terhadap lembaga pendidikan non formal atau tempat kursus yang menawarkan pelatihan bahasa. Terutama soal legalitas dan kualitas pengajar. "Kami masih meneliti laporan itu. Makanya kita harus hati-hati pendidikan bantuan yang masuk. Harus kita teliti," pungkasnya.
Diketahui sebelumnya, satu lembaga kursus bahasa asing "SLC" di kawasan Cipinang Indah, Jakarta Timur, tepergok tak berizin alias bodong. Padahal, lembaga tersebut sudah beroperasi sejak 2015. Kasus lembaga pendidikan bodong itu terungkap dalam inspeksi mendadak (sidak) Suku Dinas Pendidikan wilayah satu Jakarta Timur, Senin (27/2/2017) (pur)

BERITA 4
Siswa SMPN 1 Kuta raih nilai UN tertinggi
Mangupura (ANTARA News) - Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olah raga (Disdikpora) Kabupaten Badung, Bali, I Ketut Widia Astika merasa bangga karena siswa SMPN 1 Kuta, I Putu Denio Pranatha Ramananda berhasil meraih nilai ujian nasional (UN) tertinggi.
"Kami bangga dengan prestasi I Putu Denio Pranatha Ramananda, karena berhasil meraih nilai UN tertinggi di Bali dengan sistem ujian berbasis komputer. Ini sebuah prestasi," kata Kadisdikpora Badung Ketut Widia Astika di Mangupura, Jumat.
Ia mengatakan, siswa tersebut meraih nilai 388, yang hari ini diumumkan serentak untuk kelulusan Ujian Nasional jenjang SMP. "Kami mengharapkan ke depannya dapat ditingkatkan lagi untuk di sekolah ini," katanya.
Astika menuturkan, untuk peraih nilai tertinggi kedua adalah Putu Agung Kesya Wisma Winata, siswa SMPN 3 Denpasar dengan raihan nilai 387,0, dan peraih nilai tertinggi ketiga adalah Ida Ayu Jayanti Kusumawardani, siswa SMPN 1 Denpasar (386,5).
"Ke depan kami mengevaluasi seluruh pelaksanaan ujian nasional, baik UNBK maupun UNKP di Badung," ujarnya.
Ia mencontohkan, untuk SMP di Badung yang baru dapat mengikuti ujian nasional berbasis komputer (UNBK) baru 50 persen. "Mudah-mudahan tahun depan seluruh sekolah di Badung bisa ikut UNBK," katanya.
Namun, pihaknya tidak membantah bahwa ada dua siswa di daerahnya yang tidak lulus ujian Tahun Ajaran 2016/2017, masing-masing berinisial AJ dan FP yang sama-sama bersekolah di SMPN 1 Kuta Utara.
"Ya, ada dua siswa yang tidak lulus tahun ini dan kelulus sepenuhnya ditentukan oleh sekolah. Mungkin sekolah punya pertimbangan sendiri tidak meluluskan dua siswanya," katanya.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Kuta Utara Drs. I Made Gita, membenarkan bawah ada dua siswanya yang tidak lulus, karena prilaku yang bersangkutan dinilai tidak baik.
"Karena kelakuannya tidak baik, kami para guru sepakat tidak meluluskannya," ujar Made Gita. 
Selain itu penyebab lain tidak lulusnya kedua tersebut, karena sering tidak masuk sekolah tanpa alasan, sehingga keputusan ini sudah sesuai pertimbangan rapat bersama dewan guru.
"Meskipun dua siswa ini tidak lulus pada ujian kali ini, namun kami pihak sekolah masih memberikan kesempatan dan akan menerima bila seandainya kedua siswa tersebut ingin melanjutkan sekolah lagi dan mengikuti kejar paket B," ujarnya.
Editor: B Kunto Wibisono

BERITA 5
Kirana Mahdiah Juara Pertama Letter Writing Competition 2015
REPUBLIKA.CO.ID,MATARAM--Kirana Mahdiah Sulaeman, siswa Homeschooling Pewaris Bangsa Bandung menjadi juara pertama Letter Writing Competition (LWC) 2015 yang diselenggarakan Harian Republika kerjasama dengan PT Pos Indonesia Persero dan BPPD NTB. 
Sementara Nurul Aulia Annisa, Siswa MAN 2 model Mataram menjadi runner up satu dan Monica Juliet asal SMA Candle Tree, Tangerang menjadi runner up dua. 
Masing masing juara berhak mendapatkan Thropy dan uang saku untuk juara satu sebesar Rp 15 juta, runner up satu Rp 12,5 juta dan runner up dua mendapatkan uang saku sebesar Rp 10 juta. 
Ketiga pemenang dipilih berdasarkan penilaian juri, dimana 70 persen penilaian berdasarkan naskah yang dikirim pertama kali kepada panita dan 30 persen dari naskah yang ditulis saat kegiatan LWC berlangsung sejak Jumat (7/8) hingga Ahad (9/8).
Kepala Regional VIII Bali Nusra PT Pos Indonesia, Deni Rahmat Drajat mengatakan kegiatan LWC merupakan upaya PT Pos dalam membentuk remaja yang berkarakter dan kreatif melalui media budaya membaca dan menulis. “Semoga mendapatkan pengalaman dan ilmu baru dan dapat menelurkan ilmu baru saat didaerah masing-masing,” ungkapnya.
Selama proses kegiatan LWC, jumlah tulisan yang masuk ke panitia mencapai 1000 tulisan. Dimana, panitia menyortir tulisan menjadi 30 tulisan finalis. Proses seleksi tersebut memakan waktu selama hampir satu minggu dengan satu persatu tulisan diperiksa. Kegiatan LWC pun menghadirkan penulis-penulis yang handal seperti Tere Liye, Habiburahman El Shirazy dan penulis Skenario, Gina S Noer.

BERITA 6
PGRI usul pendidikan Pancasila dijadikan mata pelajaran
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rasyidi mengusulkan agar pendidikan Pancasila dijadikan mata pelajaran tersendiri terpisah dari pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN).
"Saat ini, kita lihat Pancasila sebagai dasar negara sudah mulai luntur di sekolah. Bahkan ideologi berbau radikalisme dan intoleransi sudah mulai masuk ke lembaga pendidikan," ujar Unifah di Jakarta, Kamis.
Pemisahan antara mata pelajaran PPKN dan Pancasila itu perlu dilakukan karena saat ini PPKN hanya sebatas mempelajari administrasi kenegaraan, serta Pancasila tidak lagi dijadikan dasar perilaku bangsa dan negara.
Dia menambahkan, idealnya Pancasila seharusnya menjadi jiwa keseluruhan bangsa dalam bertindak. Untuk itu, perlu dilakukan reaktualisasi nilai-nilai Pancasila.
"Selain reaktualisasi Pancasila di dalam kelas juga harus ada praktiknya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya upacara bendera yang kini tidak setiap sekolah melaksanakannya," katanya.
Oleh karena itu, dia meminta agar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dan Kementerian Agama perlu melakukan kajian reaktualisasi nilai Pancasila.
Selain itu, sekolah jangan hanya aktif menyanyikan lagu Indonesia Raya namun seluruh lagu tentang Indonesia. Begitu juga dengan kegiatan siswa, harus memuat nilai yang berwawasan kebangsaan.
"Sampai saat ini, saya lihat belum ada metode nilai Pancasila yang sesuai. Kegiatan OSIS dan Pramuka juga harus dimasukkan wawasan kebangsaan," kata dia. (T.I025/J003) Editor: Ruslan Burhani

BERITA 7
Guru Terkendala Fasilitas, Pengangkatan Tenaga Honorer Dipertimbangkan
DOBO, KOMPAS — Pendidikan adalah kunci masa depan bangsa. Namun, di sejumlah daerah terpencil, ditemukan peserta didik ditelantarkan karena ketiadaan guru di sekolah. Proses belajar-mengajar tak lancar. Faktornya antara lain ketiadaan fasilitas dan distribusi guru yang tak merata.
Salah satu temuan ketidakhadiran guru yang membuat anak didik telantar ada di Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku. Guru-guru sering meninggalkan sekolah selama berbulan-bulan karena memilih tinggal di Dobo, ibu kota kabupaten.
Persoalan ini ditemui Kompas dalam Ekspedisi Kas Keliling Bank Indonesia Provinsi Maluku pada 3-9 Mei. Persoalan serupa mengemuka saat kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang meninjau pelaksanaan ujian nasional SMA di Dobo, April lalu.
Bupati Kepulauan Aru Johan Gonga mengatakan, ada julukan guru ujian bagi guru-guru di daerah pedalaman. "Guru-guru baru hadir jika siswa sudah mau ujian. Sebab, para guru lebih senang berada di kota. Kami sulit memaksa guru tinggal di pedalaman karena rumah dinas guru tidak tersedia," ujar Johan.
Ekspedisi yang diikuti Kompas mendatangi daerah Wamar di Kecamatan Pulau-pulau Aru, Kola di Kecamatan Aru Utara, dan Trangan di Kecamatan Aru Selatan Timur. Di SD Negeri Batugoyang, Kecamatan Aru Selatan Timur, guru yang mengajar didominasi peserta program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T).
"Mereka (guru yang ditempatkan pemerintah daerah) lebih banyak di Dobo. Dengan kehadiran kami, itu bisa membantu siswa," kata Dian Navi (24), guru SM3T yang ditemui dalam perjalanan dari Batugoyang ke Dobo, pekan lalu. Guru-guru resmi memilih membangun rumah di Dobo.
Pemerhati masalah pendidikan di Maluku, Stanley Ferdinandus, mengatakan, kondisi serupa tidak hanya terjadi di Kepulauan Aru, tetapi juga sebagian besar kabupaten lain di Maluku. Menurut dia, penyelenggaraan pendidikan yang masih di bawah standar ada di hampir semua pulau kecil di Maluku.
Masalah yang sama ditemukan di sejumlah kawasan terpencil lainnya, seperti di Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Papua, dan bahkan Jawa Barat. Data Dinas Pendidikan Papua, misalnya, menunjukkan sekitar 40 persen dari total 28.012 guru di provinsi itu, yakni 11.204 orang, mangkir dari tempat tugas. Kondisi ini tak hanya terjadi di kawasan pinggiran dan terpencil, tetapi juga di perkotaan.
Pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengakui masih kurangnya kehadiran guru atau kepala sekolah di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). "Memang kehadiran guru atau kepala sekolah masih rendah di daerah 3T," ujar Sumarna Surapranata, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud, Sabtu.
Sumarna menjelaskan, untuk memenuhi guru di daerah 3T. Kemdikbud memiliki program Guru Garis Depan (GGD). Tahun ini, sebagai lanjutan tahun lalu, akan segera dikirimkan 6.296 orang GGD di 128 kabupaten untuk 28 provinsi.
Bersama dengan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dilakukan penelitian di lima kabupaten, antara lain Keerom, Ketapang, dan Kaimana. Penelitian itu untuk mencari model bagaimana mengatasi tingkat kehadiran guru dan sistem pengawasan dengan melibatkan masyarakat, antara lain agar kehadiran guru/kepala sekolah lebih baik.
Mendikbud mengingatkan, daerah harus berkomitmen kuat untuk memajukan pendidikan di daerah masing-masing. Sebab, sebagian besar dari 20 persen anggaran fungsi pendidikan dalam APBN sudah dikucurkan ke daerah. "Dengan tambahan dana APBN seharusnya dapat memperbanyak anggaran di APBD. Namun, kenyataannya banyak daerah yang bergantung ke pusat dalam dana pendidikan daerahnya," kata Muhadjir.
Menurut Sumarna, pengangkatan guru honorer masih dikaji karena melibatkan banyak instansi terkait, seperti Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta Kementerian Keuangan.
Andalkan sukarelawan
Masalah klasik ini juga terjadi di Jawa Timur, seperti di Kabupaten Sumenep, Madura. Daerah kepulauan ini masih kekurangan 1.400 guru. Kekurangan tenaga pengajar melanda mulai jenjang SD, SMP, hingga SMA.
Namun, menurut Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep Achmad Shadik, hal itu bukan karena faktor salah penempatan dan hanya menumpuk di kota. "Sampai hari ini sekolah yang ada di Kecamatan Kota Sumenep masih kekurangan 27 guru untuk berbagai jenjang sekolah dan paling banyak kebutuhan guru justru di wilayah daratan sebanyak 1.000 orang dan kepulauan 400 orang," katanya.
Saat ini di wilayah paling ujung Pulau Madura terdapat 5.854 guru untuk semua jenjang pendidikan. Salah satu cara menutupi kekurangan tenaga pengajar dengan memaksimalkan guru yang ada dan sukarelawan.
Kekurangan guru, kata Shadik, kian parah jika hingga 2020 pemerintah pusat belum juga merekrut guru pegawai negeri sipil. Tanpa penerimaan guru baru, pada 2020 kebutuhan akan guru mencapai 2.500 orang karena hampir setiap tahun ada yang pensiun.
Sementara itu, Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalbar Kusnadi menuturkan, total guru di Kalbar saat ini di semua jenjang sekitar 63.000 dan masih kurang 1.400-an guru. Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan guru di daerah karena adanya moratorium pengangkatan pegawai negeri sipil beberapa waktu lalu.
Menurut pantauan Kompas, di Kabupaten Landak, misalnya, ada wilayah yang justru belum memiliki rumah dinas guru sehingga ada guru yang jarang mengajar. Kalaupun mengajar, guru yang bersangkutan selama di tempat tugasnya di pedalaman menginap di rumah warga.
(FRN/ELN/FLO/ESA/PRA/TAM/SEM/BAY/NSA)

BERITA 8
Guru Honorer Dibutuhkan
JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan guru honorer di sekolah-sekolah tidak terhindarkan meskipun secara nasional pemerintah menyatakan jumlah guru berlebih. Baik sekolah negeri maupun swasta membutuhkan mereka demi kelancaran proses belajar-mengajar. Mereka menunggu kepastian.
Saat ini, berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di sekolah negeri terdata sebanyak 674.775 guru honorer.
Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia Didi Suprijadi di Jakarta, Senin (20/3), mengatakan, pengangkatan gurutetap, terutama yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS), tak sebanding dengan jumlah guru yang pensiun tiap tahun. " Guru yang masuk dibatasi, sedangkan guru yang pensiun sudah pasti. Sekolah pun mencari cara bertahan dengan mengangkat guru honorer. Adaguru honorer yang dibiayai dari anggaran daerah, ada yang dari dana bantuan operasional sekolah (BOS) atau komite sekolah," kata Didi.
Menurut proyeksi Kemdikbud, dalam lima tahun ke depan (2016-2020)guru yang pensiun sebanyak 316.535 orang atau rata-rata 62.000 orang per tahun. Sementara pengadaan guru profesional lewat pendidikan profesi guru sebagai guru yang memenuhi syarat Undang-Undang Guru dan Dosen (D-4/ S-1 dan memiliki sertifikat pendidik) hanya 3.000-5.000 orang per tahun.
Menurut Didi, sebenarnya secara bertahap guru honorer diangkat pemerintah. Pada tahap pertama, pengangkatan guru honorer menjadiguru PNS diutamakan bagi guru honorer atau guru tidak tetap (GTT) di sekolah negeri yang digaji dari APBN dan APBD. Sampai saat ini, guruhonorer di sekolah negeri masih menunggu kepastian pengangkatanguru honorer kategori K2 untuk menjadi guru PNS.
Ia mengatakan, pada awal pendataan guru honorer K2 terdata 430.000guru. Setelah verifikasi, yang memenuhi syarat hanya 297.000 orang. Pemerintah berjanji mengangkat guru honorer kategori K2, yakni guruhonorer di sekolah negeri yang tidak dibiayai APBN ataupun APBD akan diangkat secara bertahap pada 2016-2019. Ternyata realisasinya belum signifikan.
Sebaran guru
Sebenarnya secara nasional ada kelebihan 155.048 guru, tetapi jika dilihat lebih mikro hingga ke tingkat sekolah, terjadi kekurangan gurutetap.
Berdasarkan Dapodik 2016, di jenjang SD, SMP, dan SMA terjadi kekurangan 550.604 guru tetap. Di SMK ada kekurangan sekitar 91.000guru. Setelah UU Guru dan Dosen terbit tahun 2005, terjadi pengangkatan 1.061.500 guru. Sekitar 40 persen tidak berkualifikasi pendidikan minimal D-4/S-1.
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Seluruh Indonesia M Fatah Yasin mengatakan, guru honorer di sekolah swasta merasa didiskriminasi dengan akan adanya surat penugasan dari pemerintah daerah bahwa guru honorer di sekolah negeri agar bisa dibayar dengan dana BOS. "Dengan ada SK dari pemda, semakin mudah bagi guruhonorer di sekolah negeri untuk diangkat jadi PNS. Sebaliknya, guruhonorer di sekolah swasta harus melalui proses yang umum. Ini tidak adil," ujarnya. (ELN)

BERITA 9
Pengamat: Tata Kelola Sekolah di Tangsel Harus Dibenahi
TANGERANG SELATAN - Beredarnya buku Lembar Kerja Siswa (LKS) yang memasukkan dua barang haram (ganja dan kokain) sebagai jamu, menunjukkan tata kelola sekolah di Tangerang Selatan (Tangsel)  patut dipertanyakan.   
“Kami berterima kasih Dinas Pendidikan cepat tanggap, tetapi harus dicermati mengapa buku LKS ini bisa berada di sekolah dan sampai di tangan siswa,” kata Sekretaris Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Kota Tangsel Abdullah Ubaid, Kamis, 27 Oktober 2016 kemarin.  
Menurut Ubaid, kesalahan pertama, tentang adanya buku LKS di sekolah yang jelas bertentangan dengan Permendikbud Nomor 8/2016. Peraturan tersebut menggariskan bahwa sekolah tidak boleh menjual buku LKS. 
LKS tidak perlu lagi karena seharusnya latihan-latihan itu dibuat oleh guru sendiri. “Dalam kurikulum 2013, tidak ada LKS. Kalau ada, itu kesalahan dan harus dihentikan. Mengapa dalam hal ini, Dinas Pendidikan tidak dapat memberi sanksi tegas kepada pihak sekolah.' ujarnya. 
Kedua, lanjut Ubaid, dari sisi konten isi buku itu jelas bertentangan dengan UU Narkotika yang menjadikan ganja dan kokain sebagai jamu."Untuk itu, penerbit dan pengarang buku LKS perlu untuk diselidiki. Ada dua kemungkinan, penulisnya tidak kompeten di bidangnya (karena itu dia tidak tahu), atau memang ada kesengajaan dari penulis," ucapnya.  
Bila ada unsur kesengajaan, maka harus ada sanksi hukum yang tegas. "Jika tidak sengaja, maka itulah cermin pendidikan kita," katanya. 
Ubaid menuturkan, Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Kota Tangsel mempertanyakan peran stakeholder sekolah selama ini. Dalam institusi sekolah, ada banyak pihak yang terkait. 
Dari unsur pemerintah, ada Dinas Pendidikan dan juga Inspektorat. Unsur sekolah ada guru, siswa, orang tua, tokoh masyarakat, dan juga komite sekolah. “Harusnya, deteksi dini terhadap buku LKS itu sudah dapat dilakukan sebelum buku sampai di tangan siswa. Tapi, nyatanya, mereka belum mampu menjalankan perannya dengan baik,” jelasnya.
Kejadian ini, lanjut Ubaid,  menunjukkan tata kelola sekolah di Tangsel masih karut-marut dan perlu dibenahi. (whb)


BERITA 10
Pendidikan jangan hanya kedepankan aspek intelektual
Jakarta (ANTARA News) - Pendidikan tidak hanya mengedepankan aspek intelektual saja, tapi juga harus mengembangkan daya cipta, rasa serta karsa peserta didik, demikan kata akademisi dari Global Sevilla.
"Sistem pendidikan yang diajarkan oleh Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara, sangat tepat karena tak hanya mengedepankan aspek intelektual, namun juga harus mengembangkan daya cipta, rasa, serta karsa bagi peserta didik. Sehingga dapat menghasilkan generasi muda yang humanis dan berkarakter," ujar Direktur Global Sevilla, Robertus Budi Setiono, di Jakarta, Sabtu.
Ia mengatakan bahwa pihaknya selalu berusaha menerapkan program pembelajaran yang menyenangkan. Selain belajar di kelas, sejumlah kegiatan juga dirancang guna mengasah keterampilan para siswa.
Salah satunya adalah melalui pementasan drama musikal "Charlie and Chocolate Factory", yang diperankan oleh 280 siswa SD Global Sevilla, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
"Kalau bicara pendidikan Taman Siswa-nya Ki Hajar Dewantara, belajar sambil bermain, kita menerapkannya," kata dia.
Melalui pementasan drama tersebut ada nilai edukasi yang dapat dikembangkan, yakni merangsang budaya literasi atau membaca.
Selain itu, nilai positif lainnya adalah dapat mempelajari karakter peran dan berekspresi. "Pendidikan yang humanis harus terus dikedepankan melalui pendidikan karakter," katanya.
Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan siswa, mengasah rasa, dan dapat dorong anak untuk mengimplementasikan atas ilmu yang didapat. "Ada banyak nilai-nilai moral baik yang dapat dijadikan contoh dari cerita-cerita yang ada," tuturnya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan bahwa kepada para siswa pihaknya selalu menekankan untuk saling menghargai perbedaan dan keberagaman.
(T.I025/C004) Editor: Ruslan Burhani


Dari ceritaku hari senin kemaren, semoga teman-teman yang membacanya dapat mengambil pelajaran untuk pengetahuan mengenai sejarah jurnalistik di dunia. Terima kasih kepada dosen jurnaistik kami dan teman-teman yang membantu dalam kegiatan  presentasi hari ini. Tunggu ceritaku di minggu selanjutnya ya.. J