BTQ Membentuk Akhlaqul Karimah Siswa MTS Darul Ulum Waru
foto saat pelaksanaan ujian BTQ di mushollah MTS Darul Ulum Waru
Sidoarjo, redaksi (Senin,
22/05/2017) – Sebagai sekolah yang bernuansa agamis,
MTS Darul Ulum Waru mempunyai tujuan untuk membentuk generasi muslim yang
berakhlaqul karimah. Karena itu, dibuatlah Program BTQ (Baca Tulis al-Qur’an) yang dapat mencetak siswa-siswi yang mampu menghafal al-Qur’an juz 30 (juz amma) dan
memiliki akhlak yang baik.
Lingkungan
masyarakat yang agamis merupakan faktor penting terhadap perkembangan
program-program sekolah, karena salah satu visi pendidikan di Madrasah
Tsanawiyah adalah mencetak anak yang mantap imannya dan taat menjalankan
kewajiban agama.
Hal itu
disampaikan oleh Amiruddin selaku kepala sekolah MTS Darul Ulum Waru saat
wawancara di tempat kerjanya. Amiruddin melihat masyarakat di Kecamatan Waru
yang mayoritas muslim ingin menitipkan putra-putrinya di MTS ini agar memiliki
bekal agama yang mencukupi.
“Untuk mendapat kepercayaan masyarakat dengan sekolah
yang bernuansa agamis, tidak hanya menggunakan pembelajaran al-Qur’an Hadist
atau Bahasa Arab dan melakukan kegiatan mengaji tiap pagi saja, kami bahkan mendatangkan
ustadz-ustadzah yang bekerjasama dengan tilawati untuk mengajar siswa-siswi
mengenai baca tulis al-Qur’an.”, ujar kepala sekolah.
Pelaksanaan
Program BTQ tersebut dilakukan pada hari Senin dan Selasa pukul 13.00-15.00 WIB yang
dikoordinatori oleh Pak Syukron.
Yangmana setelah pulang sekolah, semua siswa melakukan shalat dhuhur berjamaah
kemudian melaksanakan Program BTQ, setelah itu melakukan shalat ashar
berjamaah. Program ini ditujukan untuk kelas 7 sampai kelas 9, dengan jumlah 29
kelas dibagi sesuai kemampuan baca tulis
al-Qur’an yakni tilawati jilid 1-5, munaqasah, dan ta’lim (kajian kitab).
“Dalam Program BTQ tidak hanya baca tulis saja, bahkan ada
kegiatan tahfidz al-Qur’an. Jadi dari yang tidak bisa baca atau yang belum
lancar membaca al-Qur’an sampai yang ingin menghafal al-Qur’an kita memadai
dengan adanya kegiatan BTQ ini.”, ujar Pak Syukron.
Adapun salah
satu dari 17 ustadz dan ustadzah yang mengajar BTQ. Di kelas munaqasah, yakni
Azmil Mustaqarah yang menjadi guru sejak tahun 2016. Ia mengajarkan tentang
tajwid dan ghorib dalam membaca al-Qur’an. Selain itu juga menuntun siswa untuk
menghafal al-Qur’an, setidaknya juz 30 (juz amma).
“Dengan mengucapkan salam kemudian membaca doa,
dilanjutkan dengan baca qur’an bergiliran,
teori tajwid dan ghorib, setelah itu membaca doa pulang membuat siswa setor
hafalan dengan mudah. Itu metode yang saya gunakan pada kelas munaqasah”, ujar
ustadzah Azmil.
Ia juga mengatakan
bahwa alasan mengapa ia menjadi guru BTQ ialah karena adanya tawaran untuk
mengisi sekaligus ingin mengasah kemampuan mengajar. Karena ia yang dulunya mengajar untuk siswa TK sampai
SD, sekarang lebih bervariasi karena berhadapan dengan siswa yang lebih kritis
dan lebih dewasa. Alasan lainnya yakni karena ingin membantu generasi muda
untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah melalui baca tulis al-Qur’an.
Program BTQ
yang sudah ada sejak lama, tetapi baru menggunakan metode dilawati sejak tahun
2011 ini telah meluluskan 102 siswa dari 115 siswa yang mengikuti ujian
munaqasah di tahun 2017 sekarang. Ujian tersebut meliputi lancar membaca al-Qur’an,
mengetahui tentang tajwid beserta gharibnya.
Salah satu
siswa yang lulus ujian munaqasah yakni Yoga berpendapat bahwa dengan adanya
Program BTQ ini ia dapat belajar dengan mudah tentang tajwid dan gharib. Karena
cara mengajar ustad dan ustadzah yang menyenangkan dan disiplin.
“BTQ membuat siswa lebih lancar membaca al-Qur’an, karena
diajari terus, tidak hanya di rumah tetapi di sekolah juga.”, ujar siswa yang
duduk di kelas 9 itu.
Program BTQ
ini juga memiliki Rapor yang bernama Laporan Penerapan Ibadah (LPI). LPI berisi
laporan perkembangan akhlak siswa, catatan rutin sholat di rumah, hasil ujian
BTQ, dan lain-lain. Oleh sebab itu, di MTS Darul Ulum Waru ini memiliki 2 rapor
yakni rapor akademik dan LPI yang digunakan sebagai pertimbangan untuk kenaikan
kelas atau lulus tidaknya siswa.
“karena BTQ di sini bukan menjadi ekstrakurikuler melainkan
sudah masuk sebagai sistem pembelajaran, kami lebih melihat rapor LPI
dibandingkan dengan rapor akademik. Karena rapor akademik masih bisa di
otak-atik dengan pertimbangan tugas maupun pertimbangan kebaikan guru. Kalau LPI
itu hasil murni ibadahnya siswa yang jadi patokan kami.”, ujar kepala sekolah.
Dengan adanya LPI, guru maupun wali murid
dapat memantau perkembangan tingkat ibadah murid. Sehingga Program BTQ dapat dikatakan sebagai kegiatan yang dapat mencetak generasi muslim yang berakhlaqul karimah. Namun tidak
hanya Program BTQ, MTS Darul Ulum Waru juga mengadakan kegiatan-kegiatan lain
untuk menunjang perkembangan akhlak siswa, seperti shalat dhuha berjamaah,
mengaji tiap pagi, pondok ramadhan, dan lain-lain.
(redaksi)


