Minggu, 11 Juni 2017

BTQ Membentuk Akhlaqul Karimah Siswa MTS Darul Ulum Waru

BTQ Membentuk Akhlaqul Karimah Siswa MTS Darul Ulum Waru


foto saat pelaksanaan ujian BTQ di mushollah MTS Darul Ulum Waru


Sidoarjo, redaksi (Senin, 22/05/2017) – Sebagai sekolah yang bernuansa agamis, MTS Darul Ulum Waru mempunyai tujuan untuk membentuk generasi muslim yang berakhlaqul karimah. Karena itu, dibuatlah Program BTQ (Baca Tulis al-Qur’an) yang  dapat mencetak siswa-siswi yang mampu menghafal al-Qur’an juz 30 (juz amma) dan memiliki akhlak yang baik.

     Lingkungan masyarakat yang agamis merupakan faktor penting terhadap perkembangan program-program sekolah, karena salah satu visi pendidikan di Madrasah Tsanawiyah adalah mencetak anak yang mantap imannya dan taat menjalankan kewajiban agama.
       
        Hal itu disampaikan oleh Amiruddin selaku kepala sekolah MTS Darul Ulum Waru saat wawancara di tempat kerjanya. Amiruddin melihat masyarakat di Kecamatan Waru yang mayoritas muslim ingin menitipkan putra-putrinya di MTS ini agar memiliki bekal agama yang mencukupi.

“Untuk mendapat kepercayaan masyarakat dengan sekolah yang bernuansa agamis, tidak hanya menggunakan pembelajaran al-Qur’an Hadist atau Bahasa Arab dan melakukan kegiatan mengaji tiap pagi saja, kami bahkan mendatangkan ustadz-ustadzah yang bekerjasama dengan tilawati untuk mengajar siswa-siswi mengenai baca tulis al-Qur’an.”, ujar kepala sekolah.

     Pelaksanaan Program BTQ tersebut dilakukan pada hari Senin dan Selasa pukul 13.00-15.00 WIB yang dikoordinatori oleh Pak Syukron. Yangmana setelah pulang sekolah, semua siswa melakukan shalat dhuhur berjamaah kemudian melaksanakan Program BTQ, setelah itu melakukan shalat ashar berjamaah. Program ini ditujukan untuk kelas 7 sampai kelas 9, dengan jumlah 29 kelas  dibagi sesuai kemampuan baca tulis al-Qur’an yakni tilawati jilid 1-5, munaqasah, dan ta’lim (kajian kitab). 

“Dalam Program BTQ tidak hanya baca tulis saja, bahkan ada kegiatan tahfidz al-Qur’an. Jadi dari yang tidak bisa baca atau yang belum lancar membaca al-Qur’an sampai yang ingin menghafal al-Qur’an kita memadai dengan adanya kegiatan BTQ ini.”, ujar Pak Syukron.

    Adapun salah satu dari 17 ustadz dan ustadzah yang mengajar BTQ. Di kelas munaqasah, yakni Azmil Mustaqarah yang menjadi guru sejak tahun 2016. Ia mengajarkan tentang tajwid dan ghorib dalam membaca al-Qur’an. Selain itu juga menuntun siswa untuk menghafal al-Qur’an, setidaknya juz 30 (juz amma).

“Dengan mengucapkan salam kemudian membaca doa, dilanjutkan dengan baca qur’an bergiliran,  teori tajwid dan ghorib, setelah itu membaca doa pulang membuat siswa setor hafalan dengan mudah. Itu metode yang saya gunakan pada kelas munaqasah”, ujar ustadzah Azmil.

        Ia juga mengatakan bahwa alasan mengapa ia menjadi guru BTQ ialah karena adanya tawaran untuk mengisi sekaligus ingin mengasah kemampuan mengajar. Karena ia  yang dulunya mengajar untuk siswa TK sampai SD, sekarang lebih bervariasi karena berhadapan dengan siswa yang lebih kritis dan lebih dewasa. Alasan lainnya yakni karena ingin membantu generasi muda untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah melalui baca tulis al-Qur’an.

        Program BTQ yang sudah ada sejak lama, tetapi baru menggunakan metode dilawati sejak tahun 2011 ini telah meluluskan 102 siswa dari 115 siswa yang mengikuti ujian munaqasah di tahun 2017 sekarang. Ujian tersebut meliputi lancar membaca al-Qur’an, mengetahui tentang tajwid beserta gharibnya.

        Salah satu siswa yang lulus ujian munaqasah yakni Yoga berpendapat bahwa dengan adanya Program BTQ ini ia dapat belajar dengan mudah tentang tajwid dan gharib. Karena cara mengajar ustad dan ustadzah yang menyenangkan dan disiplin.

“BTQ membuat siswa lebih lancar membaca al-Qur’an, karena diajari terus, tidak hanya di rumah tetapi di sekolah juga.”, ujar siswa yang duduk di kelas 9 itu.

        Program BTQ ini juga memiliki Rapor yang bernama Laporan Penerapan Ibadah (LPI). LPI berisi laporan perkembangan akhlak siswa, catatan rutin sholat di rumah, hasil ujian BTQ, dan lain-lain. Oleh sebab itu, di MTS Darul Ulum Waru ini memiliki 2 rapor yakni rapor akademik dan LPI yang digunakan sebagai pertimbangan untuk kenaikan kelas atau lulus tidaknya siswa.

“karena BTQ di sini bukan menjadi ekstrakurikuler melainkan sudah masuk sebagai sistem pembelajaran, kami lebih melihat rapor LPI dibandingkan dengan rapor akademik. Karena rapor akademik masih bisa di otak-atik dengan pertimbangan tugas maupun pertimbangan kebaikan guru. Kalau LPI itu hasil murni ibadahnya siswa yang jadi patokan kami.”, ujar kepala sekolah.

        Dengan adanya LPI, guru maupun wali murid dapat memantau perkembangan tingkat ibadah murid. Sehingga Program BTQ dapat dikatakan sebagai kegiatan yang dapat mencetak generasi muslim yang berakhlaqul karimah. Namun tidak hanya Program BTQ, MTS Darul Ulum Waru juga mengadakan kegiatan-kegiatan lain untuk menunjang perkembangan akhlak siswa, seperti shalat dhuha berjamaah, mengaji tiap pagi, pondok ramadhan, dan lain-lain.


(redaksi)