Hari
ini saya akan bercerita tentang
pengalaman saya hari ini, di kelas yang sama dan di waktu yang sama seperti
minggu lalu. Namun hari ini adalah waktunya untuk semua mahasiswa
mempresentasikan hasil laporan wawancara minggu lalu. Suasana tersebut seketika
membuat semuanya tegang termasuk saya, karena kelompok saya adalah kelompok
pertama yang harus maju presentasi. Semua
anggota kelompok kami pun belum ada persiapan apapun untuk presentasi, denyut
jantung makin bergetar … (alay) :D dan
akhirnya kita maju dengan rasa was-was dalam hati, mempresentasikan apa adanya
yang kita tahu … hehe
Yangmana
kelompok saya bertemakan “kebijakan menunjukkan STNK sebelum keluar dari UINSA”,
adapun kelompok kedua “pengaruh kondisi kantin terhadap minat beli mahasiswa
UINSA”, kelompok ketiga “pentingnya kesadaran diri sendiri terhadap keamanan kampus”,
kelompok keempat “kurangnya kepedulian mahasiswa terhadap kebersihan lingkungan”,
dan kelompok terakhir “ terkesan mengekang namun menyelamatkan”.
Setelah
presentasi selesai, dan hasilnya adalah banyaknya kritik yang kita dapat, tapi
tidak apa-apa, kritik tersebut dapat membangun kita untuk melakukan suatu hal
atau laporan yang lebih baik lagi. Kritikan-kritikan tersebut meliputi mengapa
kita memilih tema itu? Kenapa kita memilih narasumber itu? Dan lain-lain. Dari semua
kelompok yang maju saat itu, kritik yang diberikan relatif sama tentang itu. Hal
tersebut dikarenakan lemahnya kualitas tema yang kita ambil, sehingga tidak
bisa memberi rasa penasaran kepada pembaca alias berita yang kita ambil itu
sudah diketahui banyak orang. Karena seharusnya suatu berita itu dapat
menginformasikan sesuatu yang belum diketahui banyak orang, sehingga menarik
banyak pembaca. Adapun komentar selanjutnya tentang pemilihan narasumber,
seharusnya kita memilih narasumber yang benar-benar ahli di bidangnya atau yang
paling berpengaruh dalam masalah yang kita bahas dan tema yang kita ambil. Sehingga
pembaca tidak meragukan kebenaran berita tersebut. Adapun sanggahan-sanggahan
lain mengenai proses wawancara yakni, seharusnya ketika menemui narasumber
tidak terlalu banyak petugas wawancara, agar narasumber merasa nyaman dan tidak
tergesah-gesah untuk menolak diwawancara.
Begitu
banyak pesan dan manfaat dari pengalaman hari ini. Oleh karena itu, saya sangat
berterima kasih kepada dosen pembimbing
saya karena telah memberi kritik yang membangun demi kebaikan saya dan
teman-teman. Terima kasih juga kepada seluruh teman-teman yang memberi
sanggahan agar kelompok saya bisa lebih kompak dan lebih baik lagi. Semoga tulisan
saya ini member manfaat bagi kalian yang membacanya, khususnya bagi teman-teman
yang ingin memulai belajar membuat berita. Dan semoga apa yang kita usahakan berbuahkan
hasil yang memuaskan di kemudian hari. Cukup sekian curahan hati saya, sampai
jumpa di lain waktu ya.. J