Senin, 27 Februari 2017

pengalaman 27-02-2017

Hari ini saya  akan bercerita tentang pengalaman saya hari ini, di kelas yang sama dan di waktu yang sama seperti minggu lalu. Namun hari ini adalah waktunya untuk semua mahasiswa mempresentasikan hasil laporan wawancara minggu lalu. Suasana tersebut seketika membuat semuanya tegang termasuk saya, karena kelompok saya adalah kelompok pertama yang harus maju presentasi.  Semua anggota kelompok kami pun belum ada persiapan apapun untuk presentasi, denyut jantung makin bergetar …  (alay) :D dan akhirnya kita maju dengan rasa was-was dalam hati, mempresentasikan apa adanya yang kita tahu … hehe
Yangmana kelompok saya bertemakan “kebijakan menunjukkan STNK sebelum keluar dari UINSA”, adapun kelompok kedua “pengaruh kondisi kantin terhadap minat beli mahasiswa UINSA”, kelompok ketiga “pentingnya kesadaran diri sendiri terhadap keamanan kampus”, kelompok keempat “kurangnya kepedulian mahasiswa terhadap kebersihan lingkungan”, dan kelompok terakhir “ terkesan mengekang namun menyelamatkan”.
Setelah presentasi selesai, dan hasilnya adalah banyaknya kritik yang kita dapat, tapi tidak apa-apa, kritik tersebut dapat membangun kita untuk melakukan suatu hal atau laporan yang lebih baik lagi. Kritikan-kritikan tersebut meliputi mengapa kita memilih tema itu? Kenapa kita memilih narasumber itu? Dan lain-lain. Dari semua kelompok yang maju saat itu, kritik yang diberikan relatif sama tentang itu. Hal tersebut dikarenakan lemahnya kualitas tema yang kita ambil, sehingga tidak bisa memberi rasa penasaran kepada pembaca alias berita yang kita ambil itu sudah diketahui banyak orang. Karena seharusnya suatu berita itu dapat menginformasikan sesuatu yang belum diketahui banyak orang, sehingga menarik banyak pembaca. Adapun komentar selanjutnya tentang pemilihan narasumber, seharusnya kita memilih narasumber yang benar-benar ahli di bidangnya atau yang paling berpengaruh dalam masalah yang kita bahas dan tema yang kita ambil. Sehingga pembaca tidak meragukan kebenaran berita tersebut. Adapun sanggahan-sanggahan lain mengenai proses wawancara yakni, seharusnya ketika menemui narasumber tidak terlalu banyak petugas wawancara, agar narasumber merasa nyaman dan tidak tergesah-gesah untuk menolak diwawancara.

Begitu banyak pesan dan manfaat dari pengalaman hari ini. Oleh karena itu, saya sangat berterima kasih kepada dosen pembimbing  saya karena telah memberi kritik yang membangun demi kebaikan saya dan teman-teman. Terima kasih juga kepada seluruh teman-teman yang memberi sanggahan agar kelompok saya bisa lebih kompak dan lebih baik lagi. Semoga tulisan saya ini member manfaat bagi kalian yang membacanya, khususnya bagi teman-teman yang ingin memulai belajar membuat berita. Dan semoga apa yang kita usahakan berbuahkan hasil yang memuaskan di kemudian hari. Cukup sekian curahan hati saya, sampai jumpa di lain waktu ya.. J

Senin, 20 Februari 2017

pengalaman 20-02-2017

Alhamdulillah akhirnya selesai juga tugas untuk laporan mata kuliah jurnalistik. Terima kasih kepada teman-teman yang membantu dalam pembuatan laporan ini. Terima kasih juga kepada dosen kami, Artika Farmita, ST. yang telah membimbing kami dalam membuat laporan wawancara hari ini. Semoga dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya, sangat diharapkan adanya saran atau komentar dari para pembaca agar kami dapat memperbaiki kesalahan yang ada.

Siang tadi, Senin 20 Februari 2017 tepatnya pukul 10.00 WIB, kami mahasiswa/mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya jurusan PGMI semester 2 mengawali pertemuan pertama mata kuliah jurnalistik dengan perkenalan dengan dosen cantik kami yang bekerja sebagai wartawan di sebuah media. Setelah itu kami dibimbing untuk mengetahui kegunaan ilmu juralistik untuk calon guru seperti kami. Awalnya sih kita masih malu-malu, tapi lama-kelamaan kami pun berdiskusi untuk menjawab pertanyaan tersebut. Kesimpulan dari diskusi kami adalah fungsi kami mempelajari jurnalistik agar kita dapat mencegah dampak negatif yang timbul saat peserta didik yang kebanyakan telah menjadi korba canggihnya teknologi. Setidaknya guru dapat mengarahkan muridnya agar dapat menyaring informasi yang beredar di berbagai media. Selain itu, ilmu jurnalistik akan membimbing kita untuk lebih rajin menulis dan percaya diri untuk menginformasikannya ke orang lain. Setelah diskusi selesai kami pun dibagi menjadi 5 kelompok dan diminta untuk membuat suatu laporan wawancara mengenai isu-isu yang ada di UINSA. Dan kelompok kami mengangkat tema tantang keamanan parkir di UINSA. dengan membagi tugas, ada yang kebagian untuk melakukan liputan dan ada yang kebagian untuk redaktor dan ketua redaksi. Saya disini selaku ketua redaksi dari kelompok 1 dengan rekan redaktor oleh Dewi Latifah, dan pengambilan liputan oleh rekan Nadiah Islamiati Putri, Riana Eka Nurmala, Sirly Fuadah Rohmah, dan Widya Pangestika. Setelah tim peliputan mengambil wawancaranya dengan narasumber, redaktor pun siap untuk mengedit laporan tersebut sehingga menjadi berita yang tertera di atas. Sekian terima kasih. :)

hasil wawancara


Kebijakan menunjukkan STNKsebelum keluar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya


Di UIN Sunan Ampel Surabaya mempunyai kebijakan yang sudah mendarah daging yakni wajib menunjukkan STNK sebelum keluar dari pintu gerbang kampus di Satpam. Siang ini, Senin (20/2/2017) Mahasiswa PGMI semester 2 UIN Sunan Ampel Surabaya mengadakan sebuah wawancara kepada petugas satpam mengenai kebijakan yang lazim ini, bagi Mahasiswa/i UIN Sunan Ampel Surabaya yang berkendara, sebuah STNK adalah barang berharga yang tak boleh tertinggal saat berangkat kuliah. Kebijakan tersebut telah ditetapkan oleh Rektor bagian umum sejak UIN masih menjadi IAIN. Mengapa harus menunjukkan STNK? Mengapa tidak karcis atau semacamnya? Dalam hal ini seorang narasumber, BapakUmar Sisworo dan M Sulton Arif menjelaskan, karena dengan menggunakan STNK lebih aman dari pada menggunakan karcis dan semacamnya yang kurang efektif karena kendala kendaraan yang parkir di UIN tersebut lebih dari puluhan ribu. Dalam hal ini pasti ada salah dari mahasiswa pernah lupa membawa STNK, sebuah kebijakan dibuat pasti ada solusi sekaligus sanksi jika terdapat sebuah kesalahan. Jika tidak membawa STNK, maka seorang mahasiswa/i menyerahkan identitas diri yaitu KTP, sementara itu ditahan oleh petugas satpam dan mahasiswa/i tersebut pulang untuk mengambil STNK lalu menukarkannya dengan identitas yang ditahan. Namun, jika mahasiswa tersebut juga tidak membawa identitas maka dari pihak petugas keamanan menyarankan untuk meminta surat pengantar akademik fakultas yang harus disertai stempel. Sementara kebijakan ini dibuat, Alhamdulillah semenjak menjadi UIN tidak pernah mengalami kejadian kehilangan motor. (redaksi).

data diri

nama : nurul fuad
ttl : sidoarjo, 22 april 1998
alamat : bungurasih tengah rt 04 rw 03 no.32
pekerjaan : kuliah di uin sunan ampel surabaya jurusan pgmi semester 2